Klik Dapet Duit

KOMUNIKASI DAKWAH JALALUDDIN RAKHMAT Bagian Ke 3

Diposting oleh Tajudin Nur / Category:

PANDANGAN KANG JALAL

TENTANG KOMUNIKASI DAN DAKWAH

  1. Pandangan Jalaluddin Rakhmat Tentang Komunikasi

1. Pengertian dan Tujuan Komunikasi Menurut Jalaluddin Rakhmat

Menurut Jalaluddin Rakhmat, kita tidak dapat menghindari komunikasi. Bahkan diamnya seseorang menurutnya adalah proses komunikasi, karena diam adalah ekspresi dari apa yang sebenarnya ingin disampaikan. Dengan komunikasi, manusia mengekspresikan dirinya, membentuk jaringan interaksi social, dan mengembangkan kepribadianya.

2. Proses Komunikasi Menurut Jalaluddin Rakhmat

Proses komunikasi seseorang digolongkan dalam dua model, pertama komunikasi satu arah dimana peran komunikator sangat dominant dan komunikan hanya sebagai pendengar. Pada proses komunikasi semacam ini kedudukan komunikator sangat dominant dalam proses berkomunikasi. Kedua komunikasi dua arah dimana antara komunikator dan komunikan bersifat sejajar. Pada proses ini komunikasi yang terjadi adalah komunikasi yang dialogis.

Dalam komunikasi yang dialogis, komunikator harus memperlakukan khalayaknya sebagai mitra yang setara, bukan objek yang dimanipulasi. Hubungan kita dengan para pembaca adalah hubungan “aku-anda” bukan hubungan “aku-objek”. Pada hubungan yang pertama, kita mengakui jatidiri orang lain; kita mengahargai apa yang mereka hargai. Pada hubungan yang kedua kita tidak mempedulikan orang lain. Kita melihat khalayak sebagai “ikan-ikan” bebal yang harus kita pancing dengan berbagai tehnik. Komunikasi jenis kedua itu menurut jalal biadab, tetapi secara komersial hal tersebut lebih menguntungkan.

Kedua model komunikasi yang dilakukan seseorang pada dasarnya memiliki masing-masing kekurangan dan kelebihan tergantung dari sudut mana seseorang tersebut menilainya. Dalam komunikasi yang disebutkan oleh jalal “aku-anda” mempunyai kecenderungan yang lebih efektif dalam seseorang berkomunikasi.

3. Bentuk dan Model Komunikasi Jalaluddin Rakhmat

Dalam mengambil model dan bentuk komunikasi Jalaluddin Rakhmat mengambil kata kunci Al-Bayan dan Al-Qaul yang terdapat dalam Al Qur’an. Al Qur’an menyebut komunikasi sebagai fitrah manusia sebagai mana yang terkandung dalam Al Qur’an pada surat Ar Rahman ayat 1-4

Artinya : Yang Mahakasih Mengajarkan Al-Qur’an Menciptakan insan. Mengajarkannya Al-Bayan. (Q.S. Ar Rahman : 1-4)

Al bayan diartikan kemampuan berkomunikasi. Menurut Jalaluddin Rakhmat, selain kata al-bayan, kata kunci untuk komunikasi yang banyak disebut dalam Al Qur’an adalah Al-qaul. Dengan memperhatikan kata al-qaul dalam konteks perintah “amar” maka kemudian Jalaluddin Rakhmat menyimpulkan ada enam prinsip komunikasi :

Pertama, Qaulan sadidan (perkataan yang benar)

Qs. An Nisaa’ : 9

Artinya : Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Kedua, Allah memerintahkan qaulan sadidan sesudah kata takwa,

(QS. Al Ahzab:70)

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,

Kata qawlan sadidan disebut dua kali dalam Al Qur’an. Pertama Allah menyuruh manusia menyampaikan qaulan sadidan dalam urusan anak yatim dan keturunan. Kedua Qaulan sadidan adalah pembicaraan yang benar, jujur, lurus, tidak bohong, tidak berbeit-belit. Prinsip komunikasi yang pertama menurut Al Qur’an adalah berkata yang benar.

Jalal dalam memahami kebenaran yang dimaksud dalam ayat-ayat diatas mengandung beberapa pengertian : Pertama, Sesuai dengan criteria kebenaran. Untuk orang Islam ucapan yang benar tentu ucapan yang sesuai dengan Al Qur’an, Al Sunah dan ilmu. Kedua, tidak bohong atau ucapan yang jujur. Karena dusta akan membawa kepada hal dosa, dan dosa akan membawa manusia kepada neraka.

Jalaluddin rakhmat selanjutnya mengambil kata Qawlan balighan dalam memahami komunikasi.

Qs. An Nisa:63

Artinya : Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.

Artinya Berkatalah kepada mereka dengan qaulan balighan Kata baligh dalam bahasa arab artinya sampai, mengenai sasaran, atau mencapai tujuan. Bila dikaitkan dengan qawl (ucapan atau komunikasi), baligh berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki. Karena itu,prinsip qawlan balighan dapat diterjemahkan dalam prinsip komunikasi yang efektif.

Bagaimana perincian Al Qur’an tentang qawlan balighan? Menurut Jalal yang pertama, qawlan balighan terjadi, bila komunkator menyesuaikan pembicaraannya dengan sifat-sifat khalayak yang dihadapinya.

Kedua, qawlan balighan terjadi bila komunikator menyentuh khalayaknya pada hati dan otaknya sekaligus. Dalam pandangan jalal, setiap da’i muslim adalah pelanjut para rasul. Komunikasinya efektif hanya bila dan hanya bila (only if) ia menyerap sinar kemahamulyaan dan kemahatahuan Allah dalam dirinya.

Dalam teori komunikasi moderen, sifat mulia itu disebut trusworthiness dan sifat tahu itu disebut expertness. Berbagai penenlitian membuktikan bahwa orang cenderung mengikuti pendapat atau keyakinan orang yang yang dianggap jujur (terpercaya) dan memiliki keahlian.

Qawlan maysuran

Qs. Al Israa’:28

Artinya : Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.

Qawlan layyinan

Qs. Thaahaa :44

Artinya : Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut".

Qawlan kariman

( QS. Al Israa’:23)

Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

Qawlan ma’rufan

(QS An Nisaa’:5)

Artinya : Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.

Menurut jalal, penelitian komunikasi menunjukkan bahwa perubahan sikap lebih cepat terjadi dengan imbauan (appeals) emosional. Tetapi dalam jangka lama, imbauan rasional memberikan pengaruh yang lebih kuat dan lebih stabil.

  1. Pandangan Jalaluddin Rakhmat Tentang Dakwah
    1. Definisi dan Hakikat Dakwah Menurut Jalaluddin Rakhmat

Konsep manusia sebagai pengontrol informasi (The Person as Information Processor). Dalam konsep ini, manusia bergeser dari orang yang suka mencari justifikasi atau membela diri menjadi orang yang secara sadar memecahkan persoalan. Prilaku manusia dipandang sebagai produk strategi pengolahan informasi yang rasional.

Khotbah dimaksudkan untuk “menggelitik”, menyentuh hati, atau menggerakan orang untuk bertindak. Di dalam menyampaikan materi-materi dakwah, juru dakwah tidak hanya mengambil materi-materi yang akan menjadikan mad’u bosan. Kebosanan mad’u bisa terjadi karena, materi yang disampaikan bukan materi yang menjadi kebutuhan, akan tetapi tidak lebih dari sebuah cerita lama tentang akhirat saja.

Hadirnya materi dakwah lebih menekankan pada penomena-penomena social masyarakat Islam dewasa ini. Sehingga mad’u akan tergerak oleh fenomena kehidupan yang sedang terjadi, baik secara social, ekonomi, politik, budaya ataupun persoalan-persoalan yang lainnya.

Adalah sedih menyadari bahwa kita, kaum muslimin, dewasa ini bukanlah penguasa-penguasa bumi sebagaimana seharusnya. Kita akan merasa malu bila kita tahu bahwa ummah ini, yang mengklaim sebagai ummah terbai, hanyalah sebuah mainan kecil yang berada di tengah para kafir dan musyrik.

Allah mengaruniakan kemulyaan bukan kepada mereka yang terkaya, bukan pula kepada mereka yang terlahir dalam bangsa tertentu, yang terbaik ialah umat yang menyerukan kebaikan dan melarang kemungkaran sementara mereka beriman kepada Allah.

Seperti halnya Jalaluddin Rakhmat menilai fenomena persoalan umat Islam saat ini, taklain hanya sebagai komunitas yang lemah. Lemahnya Sumber Daya Manusia Islam saat ini salah satunya dikarenakan kesalahan sistem pendidikan yang berlaku. Jalal membatasi pendidikan dalam pengertian sebagai upaya mengubah pengetahuan, sikap, dan perilaku orang secara progresif melalui lembaga-lembaga formal.

Dakwah dalam pendidikan harus sanggup memperkenalkan Muhamad SAW sebagai teladan, menanamkan kecintaan dan perasaan ta’zim terhadapnya. Pendidikan menurut Jalaluddin Rakhmat mempunyai kewajiban untuk merubah secara sistematis keadaan masyarakat Islam.

Ilmu dakwah seharusnya tidak lagi membicarakan makna “hikmah” dan “mujadalah tetapi mengupas psikologi komunikasi, penggunaan media masa, atau pengembangan analisis system informasi. Akan tetapi dakwah sebagai suatu ikhtiar untuk menyebarkan ajaran Islam di tengah masyarakat.

Sebagaimana ritus agama tidak lengkap tanpa khutbah, maka televise pun tidak sempurna tanpa iklan. Setuju atau tidak, kehidupan kita dan keluarga kita selanjutnya akan tergerakkan oleh iklan.

Karena penyakit adaptasi itu juga menimbulkan aliensi (keterasingan orang dari dirinya), da’i harus mengembalikan mereka kepada dirinya. Penge,balian kepada sang diri hanya dapat dilakukan dengan mendekatkan diri kepada Allah.

Para da’i adalah agen sosialis nilai-nilai Islam. Mereka ditantang untuk bersaing dengan agen-agen hiburan yang global. Sekarang para kiai tidak cukup hanya membacakan kisah-kisah dari Al Qur’an, sirah Nabi, atau buku-buku seperti Durratun Nasihin; mereka harus mengemasnya dengan memanfaatkan teknologi mutakhir. Penggunaan media massa oleh para da’i menjadi sangat vital.

Islam sekarang bukan lagi Islam yang sectarian. Kaum muslim tidaklagi melihat mazhabnya. Mereka melihat dunia Islam yang tunggal. Dalam suasana seperti ini, para da’i harus siap membuka diri terhadap pandanga-pandangan yang bermacam-macam.

Para da’i harus mengembangkan system informasi. Harus dilakukan koordinasi antar lembaga dakwah untuk mengembangkan berbagai data base system-untuk perkembangan dakwahdan pemikiran Islam. Laboratorium dakwah, yang menghimpun data tentang khalayak dan materi dakwah, harus didirikan dengan menggunakan teknologi komunikasi mutakhir. Akibat kemajuan teknologi, masyarakat semakin lebih rasional.

Para da’i para pelanjut Rasulullah SAW., tidak boleh bertindak pasif.

Manusia mencela zaman

Padahal tak ada cela pada zaman selain pada diri kita

Kita kecam zaman padahal kecaman itu ada pada kita

Sekiranya zaman dapat berkata

Ia akan menggugat kita.

Dalam pandangan Jalal, setiap da’i muslim adalah pelanjut para rasul. Komunikasinya efektif hanya bila dan hanya bila (only if) ia menyerap sinar kemahamulyaan dan kemahatahuan Allah dalam dirinya.

2. Dasar Kewajiban Berdakwah Menurut Jalaluddin Rakhmat

Dasar kewajiban berdakwah menurut Jalaludin Rakhmat adalah sebagaimana dasar kewajiban berdakwah yang ada dalam Al Qur’an. Kata dakwah yang telah menjadi bahasa Indonesia, merupakan bentuk jamak dari kata da’a, yad’u, dengan bentuk masdarnya kata da’watan. Secara harfiah kata dakwah mengandung arti seruan, ajakan panggilan dan undangan.

QS. Yunus 25

Artinya : Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).

Kata tabligh, (QS Al Ahzab, 39)

Artinya : (yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.

Menyampaikan berita gembira, tasbih ( Az Zumar 17)

Artinya : Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku,

Memberi peringatan QS Al A’la : 9

Artinya : oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfa'at,

Memberi peringatan maw’idzah QS An Nahl 125

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

3. Bentuk-bentuk Dakwah Menurut Jalaluddin Rakhmat

Dalam menentukan bentuk-bentuk dakwah, Jalaluddin Rakhmat mengacu pada firman Allah dalam Al Qur’an :

Artinya : Orang-orang yang mengikuti Nabi yang ummi, yang namanya mereka temukan termaktub dalam Taurat dan Injil di sisi mereka : memerintahkan yang ma’ruf, melarang yang mungkar, menghalalkan yang baik, mengkaramkan yang jelek, dan melepaskan beban dari mereka dan belengu-belenggu yang (memasung) meraka, maka barangsiapa beriman kepadanya, memulyakannya, mambantunya serta mengikuti cahaya yang diturunkan besrtanya , mereka itulah orang-orang yang beriman.’ ( QS. Al A’rafa:157)

Qs. Ali Imran: 164

Artinya : Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.

Qs. Ali ‘Imaran : 129

Artinya : Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan yang ada di bumi. Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki; Dia menyiksa siapa yang Dia kehendaki; dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Qs. Al Juma’ah :2

Artinya : Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,

Dari ayat pertama Jalal melihat ada tiga bentuk dakwah, amal ma’ruf nahi munkar, menjelaskan yang halal dan yang haram (syariat Islam), meringankan beban penderitaan, dan melepaskan umat dari belenggu-belenggu.

Sementara dari ayat kedua Jalal meliah ada tiga bentuk dakwah : tilawah ( membaca ayat-ayat Allah), tazkiyah (menyucikan diri mereka), dan ta’lim (mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah). Pengajaran model ta’lim ini disebut juga dakwah fardiah (perseorangan).

Oleh jalal amal ma’ruf dan nahi munkar dimasukkan dalam tazkiyah dan menjelaskan hal-hal yang haram termaksuk ta’lim.

Dengan demikian, dakwah Islam dapat disimpulkan dengan empat bentuk : tilawah, tazkiyah, ta’lim dan ishlah.

Ilmu dakwah seharusnya tidak lagi membicarakan makna “hikmah” dan “mujadalah” tetapi mengupas psikologi komunikasi, penggunaan media masa, atau pengembangan analisis system informasi.

4. Proses Dakwah Menurut Jalaluddin Rakhmat

Penyampaian pesan sebagaimana yang dikemukakan oleh Jalaluddin Rakhmat pada pengertian komunikasi, adanya proses komunikasi dua arah “ aku-anda”. Pengakuan terhadap jati diri komunikan adalah proses penyampaian pesan dakwah yang baik untuk dilakukan oleh setiap juru dakwah. Dengan proses penyampaian pesan dakwah semacam ini, komunikan dan komunikator duduk sejajar sebagai mitra yang saling menghargai.

Bila dibandingkan dengan komunikasi “aku-objek”, Jalal mengartikan komunikan sebagai ikan atau batu yang fungsinya hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh komunikator. Komunikasi demikian oleh jalal disebut sebagai komunikasi yang biadab. Juru dakwah hendaknya melakukan proses dakwah yang disesuaikan dengan kondisi mad’unya. Sehinga apa yang disampaikan oleh da’i relative dapat mudah diterima dan difahami.

5. Sasaran dan Tujuan Dakwah Menurut Jalaluddin Rakhmat

Sasaran dari kegiatan dakwah menurut Jalaluddin Rakhmat semua umat masyarakat muslim pada setiap lapisan dan golongan. hal ini sesuai dengan sosok da’i yang hadir dalam berbagai sosok atau modelnya. Da’i menurut jalal harus menyesuaikan dengan kondisi dimana kegiatan dakwah itu dilakukan. Karena dai memiliki tugas besar untuk membangun sebuah tatanan masyarakat rakyat yang bernuansa Islam.

Adapun tujuan dari kegiatan dakwah menurut Jalaluddin Rakhmat adalah adanya perubahan sikap. Perubahan sikap ini tentunya mengarah sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam yang sudah digariskan kepada manusia melalui Al-Quran dan As-Sunah.

Kemakmuran, keberhasilan atau pencapaian apa yang kita inginkan atau kita cari; sesuatu yang dengannya kita berada dalam keadaan bahagia atau baik; terus menerus dalam keadaan baik; menikmati ketentraman, kenyamanan; atau kehidupan yang penuh berkah; keabadian, kelestarian, terus menerus, keberlanjutan. Merupakan komponen-komponen kebahagiaan.

Secara tegas, kebahagiaan yang dimaksud oleh Jalal adalah kebahagiaan yang bersifat menyeluruh, kebahagiaan yang menyangkut kehidupan manusia di dunia sampai pada kebahagiaan di akhirat atau kebahagiaan yang hakiki.

2 komentar:

Hidayat said on 8 September 2009 pukul 09.56  

bolehkah saya minta untuk daftar buku kang jalal..
saya mahasiswa komunikasi islam
stain purwokerto

Tajudin Nur said on 11 September 2009 pukul 22.09  
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Posting Komentar